Cara Buat Lambung Sehat
cara bikin lambung kita tetap sehat
Kamis, 21 Desember 2017
Kamis, 07 Desember 2017
Epedemiologi Penyakit Maag
Gastritis
adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal
dengan magh berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung.
Salah
satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosive. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada
mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat
samping pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau
karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan
penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat
menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas.
Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering
diagnosisnya tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosis tersebut
diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan
keluhan penderita yang ringan saja.
Jenis
gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis
kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung,
tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum pernah dapat
dibuktikan.
B. EPIDEMIOLOGI
Adanya kasus gastritis di masyarakat :
1. Berdasarkan
data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Hospital pada tahun
2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi pada
saluran pencernaan adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4%
dengan infeksi usus, 3.5% dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit
infeksi lainnya.
2. Rendahnya
kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,
menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di
penjuru dunia saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil
penelitian riset Brain & Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010,
terhadap 1.645 responden di Medan, Jakarta, Surabaya dan Denpasar
mengungkapkan 60% dari jumlah responden menderita gastritis.
3. Menurut
Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi-
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari
hasil penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan
keluhan dispepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan
organik. Kelainan ini ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan menggunakan endoskopi. Suatu penelitian lain dengan junlah
pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi pada beberapa
kota di Indonesia juga menunjukkan tingginya penderita gastritis kronis.
Dari 7.092 kasus dispepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86.41%
pemderita mengalami dispepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar
negeri juga menunjukkan angka yang tidak terlalu berbeda.
C. KLASIFIKASI
Gastritis
ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi
gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan
keduanya tidak saling berhubungan.
1.Gastritis akut
Salah
satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif.Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut
erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
2.Gastritis kronis
Gastritis
kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101).Gastritis kronis adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal : 188).
Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B:
1. Dikatakan
gastritis kronik tipe A (korpus) jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
2. Gastritis
kronik tipe B (antrum) lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D. PATOGENESIS
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :
1. Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu.
3. Jumlah asam lambung.
Faktor-faktor
tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik akan
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul
daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga
terpacu.Mukosal barrier pada penderita stres fisis biasanya tidak
terganggu. Hal inilah yang membedakannya dengan gastritis erosif karena
bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan
kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosal barrier oleh cairan usus.
Pada
umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik
sering dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia,
penyakit Addison dan Gondok, anemia kekurangan besi idiopatik. Gastritis
kronik antrum-pilorus hampir selalu terdapat bersamaan dengan ulkus
lambung kronik. Beberapa peneliti menghubungkan gastritis kronik fundus
dengan proses imunologi. Hal ini didasarkan pada kenyataan kira-kira 60%
serum penderita gastritis kronik fundus mempunyai antibodi terhadap sel
parietalnya. Gastritis kronik antrum-pilorus biasanya dihubungkan
dengan refluks usus-lambung.
E. FAKTOR RISIKO
1. Pola
Makan Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat
disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu
frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi
sensitif bila asam lambung meningkat.
a. Frekuensi Makan
Frekuensi
makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya
lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan
dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
Orang
yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001). Secara alami lambung akan
terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil,
setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah
banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan
pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila
seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung
serta menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004).
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan
dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan
rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang
menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005). Produksi asam lambung
diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh
otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi
asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat
merangsang sekresi asam lambung (Ganong 2001).
b. Jenis Makanan.
Jenis
makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan
seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan
tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan
pedas (Okviani, 2011). Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk
berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu
hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat
penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila
kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam
seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani,
2011). Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak
cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis,
seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang
banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak
dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih
lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus
selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam
lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan
asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat
mengiritasi (Iskandar, 2009).
c. Porsi Makan
Porsi
atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam
jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika
konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh
dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi
besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat
kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
peradangan atau luka pada lambung (Baliwati, 2004).
2. Kopi
Menurut
Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis
bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam
nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui
merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan
lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur
yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein
dan asam chlorogenic. Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology
menemukan bahwa berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan
mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya asam lambung. Sehingga
tidak ada komponen tunggal yang harus bertanggung jawab (Anonim, 2011).
Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat
(otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh
sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3
cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat,
tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi
sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan
sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang
dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang
sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat
dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani,
2011). Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang
sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung).
Beberapa orang yang memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di
perut atau lambung biasanya disaranakan untuk menghindari atau
membatasi minum kopi agar kondisinya tidak bertambah parah (Warianto,
2011).
3. Teh
Hasil
penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The Miracle of Enzyme”
menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan
lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang
disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak
antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan
berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas
yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk
suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa
buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi
(Shinya, 2008). Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki
afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa
(selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana
membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel.
Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa terhadap
mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan
efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran
mukosa usus (Shinya, 2008). Selain itu apabila Tannin terkena air panas
atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat
ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan
mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa
lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut
menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus
peptic, hingga mengarah pada keganasan lambung
4. Rokok.
Rokok
adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang
rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti
racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia
berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia,
benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen,
bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol,
nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan
paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun lainnya turut
bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan
(Budiyanto, 2010).
Efek
rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup
esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam
lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat
pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam
lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin.
Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat
penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam
lambung pada malam hari, dimana hal tersebut memegang peranan penting
dalam proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung.
Rokok
dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat
dan aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat
dengan komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat
menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak
peptik (Beyer, 2004). Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung,
yang mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis)
sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna
juga lebih sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok
(Departemen Kesehatan RI, 2001).
5. Obat-Obatan.
Obat-obatan
yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan
sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001).
Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam
asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat dipakai
secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang
secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan
penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk
pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa
merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting,
selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal,
kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut
bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian
aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama
minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis
6. Stress
Stress
merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi
yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan
seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional,
dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi
kesehatan fisik manusia tersebut
a. Stress
Psikis Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam
lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi
sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena
itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara
diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur
dan relaksasi yang cukup
b. Stress
Fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding
lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus
peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang
terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung
serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung (Anonim, 2010).
Refluks
dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah
cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric
valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika
katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam
lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
7. Alkohol
Alkohol
sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan
kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang
terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel
dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol
dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti
bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil
alkohol atau etanol (Almatsier, 2002).
Organ
tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan
hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam
jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi
juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang
produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual,
sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung
dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung,
memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak
peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan
menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan
morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer 2004).
8. Infeksi Helicobacter pylori
Helicobacter
pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan
batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter
pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung.
Walaupun
tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur
oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering
terjadinya gastritis .
9. Usia.
Usia
tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun
daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya,
jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup
yang tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik
antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat,
populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis
kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain
mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap
patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien,
empedu dan lisolesitin (Suyono, 2001).
F. GEJALA KLINIS
1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buru ketika makan
2. Mual
3. Muntah
4. Kehilangan selera makan
5. Kembung
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
Gastritis
yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit
pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang
secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada
perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Gastritis
dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi
parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka pada
lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau
terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Sebagian
besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil
saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan-keluhan
anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai kelainan.
Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium yang ringan
saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang
dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba ciling tidak normal.
Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi
aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis
kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai
pada sebagian penderita gastritis kronik fundus.
G. DIAGNOSIS
Jika
seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan
gejalanya menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila
seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabanya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam
feces atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan
tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui
mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes
ini.
Jika
ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
5. Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes
ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika dironsen
H. PENCEGAHAN GASTRITIS
Agar
kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol
semua Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan
melakukan tindakan pencegahan seperti dibawah ini:
· Makan yang teratur
· Hindari alkohol
· Makan dalam porsi kecil dan sering
· Menghindari stress
· Mengunyah 32 kali
· Menghindari rokok
I. PENGOBATAN/PENANGGULANGAN
1. Cara Perawatan Gastritis
a. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan tidak merangsang asam lambung
b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung
c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh kopi, alkohol
d. Makan secara teratur
e. Minum obat secara teratur
f. Hindari stress fisik dan psikologis
2. Pemberian Obat-obatan
Pengobatan
yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung pada penyebabnya. Pada
banyak kasus Gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat
sangat bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan
obat-obatan yang mengiritasi lambung juga harus dihentikan. Pengobatan
lain juga diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat lain dari
Gastritis.
Kategori obat pada Gastritis adalah :
a. Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
b. Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang diproduksi
c. Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan menghambat H.pylori.
3. Pengobatan tradisional
Banyak
cara pengobatan tradisional yang dapat mengobati penyakit maag, salah
satunya dengan resep di bawah ini yang penulis dapat berikan:
Bahan:
Daun jambu biji ................. 5 lembar
Pegagan ............................ 10 lembar
Kencur .............................. 5 biji
Ketumbar .......................... 11 biji
Kayu Manis ...................... ½ jari tangan
Cara meramu:
Cuci bersih semua bahan, kemudian rebus bahan dengan 4 gelas air hingga tersisa sekitar 3 gelas. Angkat dan saring.
Aturan pakai:
Minum ramuan setelah makan, dengan dosis sebagai berikut;
- Anak umur 9-12 tahun, 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.
- Dewasa, 3 kali sehari, masing-masing ½ gelas
Daun jambu biji ................. 5 lembar
Pegagan ............................ 10 lembar
Kencur .............................. 5 biji
Ketumbar .......................... 11 biji
Kayu Manis ...................... ½ jari tangan
Cara meramu:
Cuci bersih semua bahan, kemudian rebus bahan dengan 4 gelas air hingga tersisa sekitar 3 gelas. Angkat dan saring.
Aturan pakai:
Minum ramuan setelah makan, dengan dosis sebagai berikut;
- Anak umur 9-12 tahun, 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.
- Dewasa, 3 kali sehari, masing-masing ½ gelas
Insya Allah penyakit maag akan berkurang sakitnya.
BAB III
KESIMPULAN
1. Gastritis
atau yang lebih dikenal maag adalah penyakit tidak menular yang
disebabkan imflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung.
2. Gastritis
ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi
gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan
keduanya tidak saling berhubungan.
3. Ada
banyak factor risiko yang dapat menyebabkan maag antara lain, pola
makan yang tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung
kopi, teh, rokok, alcohol, stress, obat-obatan, dan usia
4. Gejala
gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya.
Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti)
dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas.
5. Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor risiko yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis
6. Pengobatan
dengan memberikan obat yang dapat menetralisir asam lambung seperti
antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi makanan, hindari
makanan yang dapat memicu naiknya asam lambung.Di tulis ulang dari http://akmal-rsfr.blogspot.co.id/2013/01/makalah-gastritis.html
Rabu, 09 Desember 2015
tips dan cara merawat lambung dengan baik dan benar
Cara menjaga agar lambung kita tetap sehat, Lambung adalah salah satu organ tubuh yang berada di dalam perut . fungsinya sebagai fasilitas menyimpan makanan dalam jangka pendek , dengan fungsi tersebut manusia dapat mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat namun di cerna dengan jangka waktu yang berbeda.
Baca juga Cara mengobati maag
Baca juga Cara menyembuhkan penyakit maag secara total
Tips Menjaga Lambung Agar Tetap Sehat
- Olahraga
Salah satu masalah yang datang pada lambung adalah lemak perut . Oleh sebab itu,untuk menjaga kesehatan lambung yang terpenting adalah dengan olahraga yang teratur - Mengkonsumsi Makanan Sehat
Selain menghindari Makanan yang tidk sehat , anda juga perlu mengkonsumsi makanan yang sehat bernutrisi dan dapat menjaga sistem kerja lambung berjalan dengan baik.
Beberapa jenis makanan mungkin anda bisa masukan ke dalam porsi mskanan anda sehari hari
1). Jahe
Jahe sejak jaman dahulu sudah di percaya dapat mengobati masalah pencernaan
2).Cuka Sari Apel
Jika anda merasajika anda merasa mual akibat munculnya bau dari lambung atau merasakan sakit bagian perut , maka cuka sari apel ini yang dapat mengatasinya
3).Pepermint
Selain jahe anda juga bisa mengkonsumsi pepermint untuk menjaga kesehatan lambung - Makan Secara Teratur
Makan Adalah hal penting , termasuk untuk keberlangsungan lambung anda ketika anda telat atau pola makan anda buruk ,maka yang terjadi adalah munculnya berbagai jenis penyakit yang akan menyerang lambung.salah satu penyakit yang umum adalah penyakit maag.
Diatas merupakan beberapa Tips Dan Cara Merawat Lambung Agar Tetap Sehat, Sebenarnya semua anggota tubuh dapat berjalan dengan baik serta sehat jika tidak memasukan berbagai macam makanan rendah gizi ke dalam tubuh , Oleh sebab itu , mengubah pola hidup menjadi baik merupakan tips agar lambung tetap sehat yang paling efektif dan mudah.
Baca juga Cara mengatasi penyakit maag agar tidak kambuh lagi
Segera konsultasikan kesehatan lambung anda pada ahlinya
Solusi Kesehatan Lambung Secara Efektif
Hubungi Customer Service Kami
SMS/WA/Line : 085221818880
Telepon : 0265 – 324186 (jam kerja)Atau datang ke alamat klinik kami :
Jl. Tamansari – Pasar Gegernoong,Kota Tasikmalaya – Jawa Barat.
Langganan:
Postingan (Atom)